Inter Milan sepertinya tidak akan merasakan kekuatan sepak bola
Indonesia sepenuhnya, setelah menyatakan tidak ingin bermain dengan
pemain-pemain Indonesia Super League (ISL).
Inter Milan pada bulan Mei mendatang. Diego Milito dkk akan bertarung dua kali. Pada tanggal 24 Mei melawan Liga Selection, kumpulan pemain terbaik Indonesian Premier League (IPL), dan melawan Indonesia Selection, gabungan pemain antara timnas senior dan timnas U-23 Indonesia.
Sayangnya, nama seperti Bambang Pamungkas, Boaz Solossa, Titus Bonai, Patrich Wanggai, Firman Utina, M. Nasuha dan sejumlah pemain lain yang merumput di ISL tidak bisa memperkuat satupun dari kedua tim yang akan melawan ‘Nerazzurri’, kisruh sepak bola nasional menjadi alasannya.
Situasi sepak bola nasional memang masih panas. Kompetisi terpecah menjadi IPL dan ISL, yang pertama diakui PSSI sebagai organisasi sepak bola nasional dan anggota FIFA, yang kedua tidak diakui oleh PSSI. Karenanya, menurut PSSI, pemain-pemain di ISL juga tidak sah menurut FIFA.
Bulan Maret nanti PSSI juga akan menggelar kongres tahunan. Beberapa memrediksi kongres ini bakal membuat situasi semakin panas karena sebagian anggota PSSI berniat melengserkan ketua umum. Jika situasi memanas, terbuka kemungkinan PSSI dijatuhi sanksi pembekuan oleh FIFA, yang bisa membatalkan kedatangan Inter.
"Jangan berpikir ke masalah kisruh sepakbola nasional, pikirkan Internya. Kalau tidak akan mempersulit kita sendiri," ujar Entong saat seminar manajemen sepak bola bersama CEO Inter Milan, Ernesto Paolillo, di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/12).
"Memang saya pernah membicarakan kemungkinan pada Maret itu. Tapi ini peluang dimana salah satu klub top Eropa, bahkan dunia akan ke Indonesia. Jadi marilah berharap Maret nanti tidak ada sanksi," imbuhnya.
Karena alasan itulah, pihak promotor memilih jalur aman dengan hanya memainkan pemain-pemain dari IPL, yang diakui PSSI. Keputusan ini didasarkan pada permintaan klub tamu itu sendiri.
"Yang pasti, Inter memberi syarat bahwa pertandingan nanti harus sesuai dengan organisasi yang diakui FIFA. Intinya Inter menginginkan organisasi yang terlibat adalah yang diakui FIFA. Terpaksa dikatakan bahwa para pemain yang tidak diakui FIFA tidak bisa terlibat dalam laga itu," tutup Entong.