Penolakan para wasit Serie A memberikan penalti bagi Juventus seakan menjadi tren musim ini.
Kemenangan 3-1 atas Catania pada Sabtu (18/2) membawa Juventus menggeser AC Milan sebagai capolista Serie A. Dengan jumlah laga serupa, sebelum Rossoneri bertamu ke Cesena malam ini, I Bianconeri mengantungi surplus dua poin.Namun, bisa jadi di benak kubu Turin dan sebagian besar Juventini masih tersimpan pemikiran bahwa Tim Hitam-Putih sebetulnya layak memimpin lebih jauh atas Si Merah-Hitam.
Hal itu tak terlepas dari kontroversi yang mendera Juventus di dua gim sebelum jumpa Catania, serta di beberapa laga terdahulu. Juve mengklaim mereka kerap dirugikan wasit yang tak mau memberikan penalti walau terjadi aksi ilegal yang kentara di kotak penalti lawan.
Setelah wasit Sebastiano Peruzzo ogah menunjuk titik putih saat gelandang Siena, Simone Vergassola, tampak sengaja memblok crossing Giorgio Chiellini dengan tangannya, di pekan berikutnya giliran Paolo Silvio Mazzoleni yang dua kali menolak meniup peluit tanda pelanggaran waktu Juve melawat ke Parma.
Pertama adalah ketika Emanuele Giaccherini dijatuhkan Jonathan Biabiany dan kemudian saat tekel Fabiano Santacrocce menerjang Andrea Pirlo.
Dalam sepasang laga tersebut, Juve harus puas dengan skor akhir 0-0 yang berarti empat dari enam angka potensial yang dibidik melayang. Tak tahan dengan berulangnya situasi yang dianggap sebagai suatu ketidakadilan, pelatih Antonio Conte sontak bereaksi.
"Para wasit takut meniup peluit untuk Juve," kecamnya. Komentar yang didukung penuh pihak klub dengan merilis pernyataan resmi: "Kami ingin diperlakukan adil".
Satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bukan musim ini saja Juventus meminta keadilan ditegakkan. Kompetisi musim 2011/12 merupakan kulminasi dari derita I Bianconeri dan para pendukungnya selama lebih dari lima tahun.
Di mata Juventini, putusan pengadilan terkait skandal calciopoli pada 2006 terasa timpang -- Juve satu-satunya klub yang dijebloskan ke Serie B -- dan inkosisten, apalagi terkuaknya sejumlah bukti kuat beberapa tahun berselang yang mengindikasikan keterlibatan aktor-aktor lain pun dinyatakan mentah karena adanya statute of limitation alias peraturan masa kedaluwarsa suatu kasus di Italia.
Guna menyembuhkan luka mendalam yang dirasakan serta menegaskan kebangkitan, Si Nyonya Tua mutlak membutuhkan scudetto pasca-calciopoli, dan musim ini Juventus melaju di jalur tepat di bawah pimpinan Conte.
Tetapi, jalan Si Hitam-Putih terbilang terjal. Selain keputusan yang patut diperdebatkan kontra Parma dan Siena, dalam derby d'Italia pada Oktober silam di Giuseppe Meazza pun Juve mungkin saja menang dengan skor lebih dari 2-1.
KLASEMEN PENALTI | |||
Klub Catania Milan Cesena Napoli Parma Fiorentina Siena Udinese Palermo Atalanta Inter Cagliari Novara Roma Lecce Lazio Bologna Chievo Genoa Juventus |
2011-12 7-3 (+4) 6-1 (+5) 6-6 (0) 5-0 (+5) 5-2 (+3) 5-3 (+2) 5-4 (+1) 4-3 (+1) 4-4 (0) 4-5 (-1) 4-6 (-2) 3-2 (+1) 3-3 (0) 3-4 (-1) 3-4 (-1) 2-3 (-1) 2-3 (-1) 2-6 (-4) 2-8 (-6) 1-3 (-2) |
2008-12 25-20 (+5) 34-11 (+23) --- 23-20 (+3) --- 12-15 (-3) --- 30-27 (+3) 21-26 (-5) --- 20-18 (+2) 16-17 (-1) --- 34-24 (+10) --- 17-21 (-4) 16-19 (-3) 10-32 (-22) 23-24 (-1) 16-13 (+3) |
|
Ket.: mendapat-menderita (selisih) |
Di atas itu semua, para pemain Juventus selama ini juga mengeluhkan begitu mudahnya wasit menghadiahkan penalti buat tim lawan meski hanya ada kontak minimal. Faktanya, I Bianconeri musim ini hanya memperoleh sebuah penalti -- ketika menang 2-0 atas Cesena -- dan menderita tiga.
Bandingkan dengan Milan yang sudah mendapat setengah lusin tendangan 12 pas dan hanya menelan satu. Catatan itu sekaligus menempatkan Il Diavoli di peringkat dua "klasemen" penalti di Serie A 2011/12, sedangkan Juve berada di posisi buncit.
Episode menarik tergelar pada Kamis (16/2). Media berbasis Kota Milano, La Gazzetta dello Sport, dalam edisi online-nya justru, entah sengaja atau tidak, memuat statistik yang salah.
Dalam laporan tersebut, Gazzetta menegaskan Juve tak punya alasan untuk komplain karena Udinese dan Bologna juga hanya memperoleh satu penalti musim ini, padahal sebenarnya lebih dari itu (Udinese empat dan Bologna dua).
Mediaset, jaringan media yang dimiliki bos besar Milan, Silvio Berlusconi, juga mempublikasikan berita identik dengan Gazzetta.
Membaca dua artikel tersebut, pantaslah jika tifosi setia Juventus di Italia menyimpulkan adanya konspirasi untuk menjatuhkan, atau setidaknya merintangi laju Si Nyonya Tua dalam balapan scudetto.
Sebelum calciopoli, walau selalu menjadi rival sengit di Serie A selama sekitar 15 tahun, Juventus dan Milan juga dikenal sebagai sekutu yang berkolaborasi dalam mempromosikan sepakbola Italia, saling bertukar pemain, dan hanya menghabiskan pertarungan di atas lapangan.
Namun, tampak jelas bahwa pada musim ini arena persaingan Bianconeri dan Rossoneri tak cuma di lapangan hijau, tapi juga dalam konferensi pers, studio TV, koran, serta media online. Thus, duel akbar kedua tim pekan depan di San Siro sepertinya akan memiliki makna lebih dari sekadar pertaruhan tiga angka menuju predikat raja Italia.
PENALTI UNTUK MILAN |
CATANIA (k), 6 November - skor saat itu: 1-0 Salah posisi, Lanzafame menarik Robinho hingga jatuh PENILAIAN: Keputusan bagus |
CHIEVO (k), 27 November - skor saat itu: 3-0 Luciano menjatuhkan Pato setelah setelah one-touch play PENILAIAN: Mungkin terlalu mudah diberikan, tapi aksi bertahan Luciano pun tak bisa dibilang hebat |
GENOA (t), 2 Desember - skor saat itu: 0-0 Kaladze melanggar Ibrahimovic PENILAIAN: Tepat |
BOLOGNA (t), 11 Desember 11 - skor saat itu: 1-1Raggi menginjak Ibrahimovic setelah memotong umpan menuju Pato yang berada dalam posisi off-side PENILAIAN: Pelanggaran dapat diperdebatkan, lagipula Pato seharusnya didakwa off-side lebih dulu |
SIENA (t), 17 Desember - skor saat itu: 1-0 Brkic dikartu kuning karena menjatuhkan Boateng PENILAIAN: Boateng sengaja menjulurkan kaki agar terjadi kontak |
ATALANTA (t), 8 Januari - skor saat itu: 0-0 Pato membiarkan bola melewatinya, tapi dijegal Manfredini dari belakang PENILAIAN: Penalti pasti |
KLAIM PENALTI JUVENTUS YANG DITOLAK |
PARMA (k), 11 September - skor saat itu: 2-0 Lichtsteiner mengirim bola kepada Del Piero, tapi Paletta menabraknya dari belakang PENILAIAN: Untuk insiden ini, wasit terkadang menunjuk titik putih, namun tak jarang pula mengabaikannya |
INTER (t), 29 Oktober - skor saat itu: 2-1 Marchisio melepaskan tendangan chip melewati Castellazzi tapi kemudian diterjang sang kiper PENILAIAN: Jelas penalti |
LECCE (t), 8 Januari - skor saat itu: 1-0 Laju Lichtsteiner dihentikan paksa Esposito PENILAIAN: 50-50 |
SIENA (k), 5 Februari - skor saat itu: 0-0Umpan silang Chiellini dari kiri diblok lengan Vergassola PENILAIAN: Penalti. Lengan tidak dalam posisi natural dan terdapat pergerakan menuju bola |
PARMA (t), 15 Februari - skor saat itu: 0-0 Giaccherini yang sedang berlari mengejar umpan lampung Pirlo ditekel Biabiany PENILAIAN: Biabiany tak mengenai bola sama sekali. Penalti |
PARMA (t), 15 Februari - skor saat itu: 0-0 Kaki Santacroce merintangi Pirlo di kotak terlarang PENILAIAN: Terdapat kontak, tapi cukup keraskah sehingga Pirlo terjatuh? |